Rabu, 06 April 2011

Budi Suryono’s True Story – TMPI 2007

Mungkin sedikit berbeda dengan pengalaman bapak2 /ibu2 disini dengan TMPI.
Menurut saya, justru sangat berbahaya in out – in out di saham yang rally dalam term yang pendek, apalagi intraday. Kita lihat di TMPI ini sebagian besar player in out in a day, dengan size yang besar, strategy ini kelihatan safe, nailing down every percent they make secured it into cash, buy back in high price sell back in 2-3 point above until finnaly a Mega correction come andl erase a tiny accumulated profit plus booked a big loss. Mereka yang in out intraday dengan aktif di TMPI selama ini saya pikir paling suffer di big break minggu lalu.
Lalu bagaimana dengan saya sendiri? tentu saja saya juga suffer, tapi jauh dari collapse. Saya had big suffer hanya di PAPER PROFIT, Mark to Market Profit, yang saya anggap itu adalah house money, belong to the market, and absolutely not my original money.
Untuk lebih jelasnya saya share sbb. Saya masuk di TMPI lagi setelah clean out dari previous swing mulai di break 2900 , karena saya anggap 2750-2850 adalah suatu konsolidasi base( seperti waktu tmpi di 1350-1400 an). Saya masuk di last sequence TMPI hanya dengan 2 account di Etrading, satu account client saya yg besar (mungkin sekarang terbesar di YP, yg juga client besar di SP) account ini merupakan top priority saya, melebihi account saya sendiri. Account satu lagi account saya sendiri dengan size yang lebih kecil.
Seperti biasa, begitu fisrt buying TMPI dan naik, secara agresive sya avg up. dan avg cost saya jaga gak jauh dari basenya, hari kedua rally (senin) masih avg up dan akhir hari jual sebagian kecil waktu closing. Paper profit di account top priority amounting sebesar porsche. Hari ketiga rally TMPI masih naik, paper profit bengkak menjadi sebesar ferari, dan saya tidak lakukan take profit karena trading rule sya gak pernah menjual saham yang lagi naik, dan sialnya hari crash tersebut saya sakit dan gak bisa monitor, dan call client saya klo ada tanda2 pelemahan sell’em all, at any px. Dan pada hari crash tsb account gede ini bisa exit dengan dump langsung di bid di 3000 sebesar 5700 lot ( thanks to ibu My. atas kesigapan beliau) dan 1 ferari amblas, setelah itung2 malah nombok 1 innova yg semuanya hanya berlangsung dalam 10-15 menit. Sedangkan account saya sendiri dgn jumlah lebih kecil, kecantol gak sempet keluar dan saya jual waktu TMPI dibuka cut loss di 2600, loss 300-400 perak (avg cost saya gak beda jauh dgn price waktu AR).
Sial atau Beruntungkah saya?
Kalau melihat Open profit sebesar itu amblas, saya merasa sial, tapi kalau melihat saya bisa keluar waktu crash (big Client saya), saya merasa beruntung.
Kalau melihat Open profit significant berubah menjadi loss, saya merasa sial, tapi kalau melihat growth account yang saya dan account besar yang saya manage dari awal tahun Jan’07 saya sangat bersyukur dan merasa beruntung. Sebagai gambaran kalau misalnya berhasil menjual TMPI di 4000-4500an account saya tumbuh sekitar 20X (2000%) dan big account client saya tumbuh 15x(1500%). Dengan crash TMPI kemarin growth menyusut menjadi 6X (600%) untuk account saya pribadi dan 7x(700%) untuk client. Account saya pribadi terlihat suffer lebih besar karena saya gunakan leverage yang lebih besar.
Melihat angka tersebut diatas pencapaian saya lebih tinggi dari tahun sebelumnya yaitu 5X, itupun saya peroleh dalam jangka setahun dan dengan skala size yang jauuuh lebih kecil. Dari fakta diatas kesimpulannya adalah saya masih bisa bersyukur, dan merasa beruntung.
Kesal kah saya ke TMPI? secara jujur sih iya, hanya dalam batas tertentu, normal, tapi emosi dan psikolgy saya sama sekali tidak terganggu. Ada hal menarik setelah clearout TMPI, saya ngobrol dengan client saya dan sedikit saya ungkapkan kekesalan tentang TMPI, ybs hanya mengatakan,”Pak saya belum pernah lihat account growth secepat ini, bahkan dihitung setelah kena crash TMPI ini dan itung itungan, kontribusi tebesar terhadap growth selama ini hanya dari TMPI” so… Saya jadi malu sendiri dengan TMPI dan tidak menemukan alasan untuk kesal dengan TMPI (Termasuk terhadap Insider/bandar yang drive harga yang demikian spektakuler)
Greedy atau tidak kah saya?
Saya melihatnya dalam perspektif lain.
Dasarnya saya adalah trend follower, yang trading searah dengan trend. Untuk memastikan saya masuk di trend yang benar (Uptrend, kalau long) saya harus membeli di harga paling tinggi (disaat itu) dan sebagaimana pelaku pasar lain, gak ada yang tahu persis harga mau kemana dan mencapai berapa. Hal yang paling bisa saya lakukan adalah averging up level2 tertentu dan sit tight dengan winning position. Tugas saya di sini adalah bukan menjadi Mr. Always Right atau Mr.70%-80%-90% or even 100% Right, tapi adalah Mr. Big Killing when I’m dead right. nggak masalah jika ratio saya hanya 30% trade yang bener, syukur kalau bisa 50% yang bener. Trend follower harus profit gede untuk offset lossing tradenya. Caranya hanya bisa dengan Hold kalau profit dan dijual setelah ada tanda 2melemah atau trend berubah, dan cut loss secepatnya kalau dari awal sudah salah, gak ada cara lain.
Averaging up dan hold winning position adalah bentuk strategy Money Management yang secara baik sekali diajarkan oleh Darvas, Jesse Livermore, William J Oneil atau Gerald M Loeb. Itu sebabnya saya bisa riding TMPI di previous swing 1400 ke 2750 dan sebagai konsekuensi kehilangan open profit di last sequence 2900 ke 4500 an.
Dalam pandangan saya malah player yang bener2 tidak mau kehilangan open profit, itu adalah yang greedy, always try to catch all the moves, always take n secured small profit sekedar untung, day trade, beli pagi jual siang dan pada saatnya ada big drop, account wipped out!
(saya tidak anti day trading, tapi untuk menjadi day trader itu butuh skill dan disiplin MM, metodhe dan Emosi yang jauh lebih susah dari swing trader dan trend follower secara umum. Saya tahu ada day trader kawakan di JSX, gak kenal langsung, tapi saya investigate lewat brokernya. yang pasti ybs. adalah the best.. best. loss taker.. sangat cepat kalau urusan loss, sudah reflek seperti main kungfu. Day trading bukan untuk semua orang, hanya untuk sgelintir yang profesional, public mengira bahwa cara ini paling safe, dalam kaca mata saya, ini adalah yang paling susah dan berbahaya. Saya sendiri di awal karir sebagai spekulator melakukan day trading (karena keterbatasan modal) dan end up dengan kebangkrutan. Sejak saat itu saya tulis di mental trading diary saya “Don’t ever do daytrade”. Being bankrupt is my best educator)
Concentration VS Diversify
is Concentration a kind of Greedy?
Saya punya pandangan tertentu mengenai hal ini, Seperti diajarkan oleh guru saya seperti Darvas, Jesse L, Bernard Baruch atau Gerald M Loeb bahwa a big money always come from a big swing and concentration. Bahkan Gerald M punya semboyan “Put all your money in one basket and watch it !!”. Mereka waktu spekulasi sangat konsent, hanya 1 2 saham, kecuali Jesse L, ini karena masalah size yang sangat besar, agak kesebar, tapi itu terbatas pada core/big cap. Bahkan the great investor Warent Buffet sendiri menghindari diversivikasi, sempat ybs mengatakan “Diversification is just only protection of ignorance”
Saya anti diversifikasi, kalaupun diversifikasi itu karena terpaksa, karena masalah liquiditas saham. Pada saat saya menemukan prospek yang sangat bagus (baik sisi chart maupun liquiditas), saya cenderung liquidate saham lain, lepas rugi atau untung, dan konsentrasi di saham tsb. Pada saat TMPI break, saya liquidate all others saham dan buy TMPI. Pada saat nemu saham yang sangat prospektif (dengan kalkulasi yang sangat matang dan melakukan market study yang sangat intens /mendalam sebelumnya) saya akan build position 200-300% dari capital hanya di 1 saham.
Concentration buat saya bukan bentuk greedy, hanya merupakan strategy Money Management, dan saya hanya risking my paper profit dalam riding swing dengan leverage. Malah menurut saya, yang diversifikasi hanya for the sake of diversifikasi,karena ingin menangkap semua opportunity adalah bentuk greedy. Saya sendiri 2 tahun lalu masih membabi buta diversifikasi, tried to capture any opportunity at the same time, dan hasilnya malah amburadul/berantakan. Semakin berpengalaman, saya bisa mencoba mendisiplinkan diri untuk konsent, terutama pada top prospect stock.
Bagaimana dengan account saya yang lain yang terhindar dari TMPI Crash?
Saya 5 punya account lain dgn size relatif kecil, termasuk pool fund temen kantor (YP.0753 seperti yang saya tulis sebelumnya). Setelah previous sequence TMPI berhasil, saya liquidate /di freeze utk itung2an performance, tidak ikutan the last sequence.Bagaimana performancenya?….Ironis….5 account saya yang terhindar dari TMPI crash hanya perform 300%-400% selama ± 6 bulan. Dan kontribusi profit terbesar tetep dari TMPI. Yang pasti mereka happy dengan return yang hanya sebesar itu, dari pool of fund YP.0753 mereka sedikit banyak belajar investing di stock dan menikmati hasilnya (ada yang buat nambah ongkos naik haji (Haji TMPI), ada yang buat nambah biaya nikah (kawin TMPI), asal jangan kawin siri TMPI. Hanya ada satu account yang trouble dimana pemiliknya sebelumnya kirim sms/email beberapakali memperingatkan saya untuk tidak greedy dalam riding TMPI, sehingga menekan saya. Apa yang terjadi setelah saya liqudate dan menyerahkan password ke ybs? Tanpa Ba Bi Bu beli TMPI di 3900 di hari kedua rally dengan margin!! hanya gara2 gak tahan lihat TMPI naik terus,terhipnotis. Sampe sekarang saya belum berani telpon ybs, gak tega. Now Who is Greedy?. This is one another thing i learn from market about Greedy,”Don’t ever speculate with a full loaded gun,without make enough proper study about market, if u do that, it’s a real Greedy”.
Itu semua pengalaman saya di TMPI dan itu semua real fact, real trade dan real money. So far TMPI is still my best trade this year ( Tahun lalu TRUB). Saya pikir banyak orang etrading di millis ini dan ada 2 dari 7 account yang saya kelola anggota millis ini juga (saya pilih karena saya mencoba ada representasi dari setiap komunitas) yang dengan mudah counter saya jika saya hanya boasting.
Is a trader be born?
Saya ada pandangan bahwa setiap orang dapat trading di stock market dengan profitable in the long run, sepanjang bisa apply methodlogy/set rules/money mangement yang dapat di pertanggung jawabkan dan tentunya disiplin/consisten dengan rule yang ditetapkan. Walaupun tentu saja saya percaya rule “90/10″ seperti Robert Tiyosaki bilang hanya 10% yang menguasai 90% permainan, yang proven bener2 sukses hanya 10 % disetiap arena, entah itu bisnis biasa, olahraga, seni, politik atau cuman trading.
Tapi yang pasti a stock market is for every one. Kalau diantara kita bener2 gak bisa trading dan bener2 tergolong rangking bawah di 90% tersebut diatas, kita masih bisa di jalur investing. Di investing every one will be the winer in the long run, asal milih sahamnya gak ngawur, dan memperhatikan fundamental dan future prospek. Kalau diantara kita masih males mikir ada jalur investing di reksadana, in the long run hampir pasti make money. Hanya tentu saja jalur investing secara umum returnnya gak sebesar di trading.
Is a trading method transferable/ can be replicate?
Jawabnya 100% ya
Untuk ini saya punya pengalaman, eks rekan kerja dan udah pindah ke LSIP. Ybs, suka posting di Obrolan Bandar (mr.Taekaer, IM nya Prince_charter), belum pernah punya eksperience trading di financial market sebelumnya. Mulai main saham 2 tahun lalu dan secara intensive saya transfer seluruh knowledge yang saya punya, saya sarankan copy buku trading terbaik yg saya punya dan saya lakukan brainwashing, bahwa the best timing buy stock adalah di all time highnya + ready to cut loss quickly. It works!!. Year to date 2007 accountnya tumbuh kurang Iebih 700% (Setelah diperhitungkan dengan Last crash TMPI) in term of risk reward, achivementnya jauh lebih baik dari saya, karena dia menggunakan leverage yang lebih rendah dari saya. Setelah konsultasi dengan saya, 3 bulan lalu ybs starting to manage pooling fund, yg membernya temen kantornya sendiri, sesuatu yang saya berani lakukan setelah 6 tahun trading!!!. Saya belajar dari ybs. apa yang membuat ybs perform better than me (in term of risk/reward), dengan pengalaman yang jauh sedikit? jawabnya simple, He can hold his winning stock much longger and much patient than me. What a talented trader he is!!!! dan saya happy melihat orang lain lebih sukses dari saya,sampai saat ini kami intensive kolaborasi,saling warning kalau ada buy/signal.
Saya sharing hal2 tersebut diatas bukan untuk memancing perdebatan dan saya hanya menyampaikan prespektif saya terhadap risk reward profile yang saya pilih dalam manage trading account, dan juga tidak menganggap sistem saya terbaik, tapi yang pasti paling cocok buat saya. Mungkin ada diantara member mempunyai methodology yang 100% berlawanan dengan saya dan berhasil juga, yg berarti memang sistem tersebut cocok buat anda. Dan mohon juga jangan di salah tafsirkan bahwa saya beriklan mencari klient, sama sekali tidak, (i stopped accepting new client since jan 2007, even many prospect come to see me).
Yang pasti untuk memotivasi temen2 member disini ,yang merasa cocok dengan trading style saya, tapi merasa belum berhasil, bahwa kesempatan didepan selalu ada, dan contohnya sudah ada.
The last but not least :
Selama stock market belum tutup, spekulasi selalu ada, tahun ini di TMPI, ANTM, TINS, BMTR, BHIT, tahun depan akan selalu ada disaham lain.
As a trader i keep learning from my trade,either lossing trades or winning trades,read any book available (saat ini saya lagi baca “Pit Bull” the most interisting trading book for this year!!), year by year i put on “Don’t” in mental trading diary :
  • Don’t day trade
  • Don’t diversify
  • Don’t average down, better cut loss quickly
  • Don’t take profit easily, better looking for a big killing possibility with avg up and riding up
  • Don’t hear any rumor, news without cheek on tape and chart
  • dan don’t.. don’t lain asal jangan Don’t Trade any more, yang berarti saya udah koit..
salam.
Source:

Budi Suryono
Date: Tue, Jun 19, 2007 at 2:15 PM

Tidak ada komentar:

Posting Komentar